Senin, 20 Juni 2011

Typoid

Penyakit tifoid ini masih merupakan penyakit yang endemik di Indonesia. Insidensi demam tifoid bervariasi di tiap daerah dan biasanya berkaitan dengan sanitasi dan higienitas yang buruk. Cara penularannya biasanya disingkat 3F, yaitu Feces (kotoran manusia), Fly (lalat), dan Food (makanan).



Penyebab dari Demam tifoid adalah kuman Salmonella paratyphi yang masuk ke tubuh manusia melalui makanan. Sebagian kuman dimusnahkan di dalam lambung, sebagian lagi lolos masuk ke dalam usus dan berkembang biak. Kuman kemudian akan menembus epitel dan ke lamina propia. Di lamina propia, kuman akan dofagositosis dan berkembang biak dalam makrofag. Perdarahan saluran cerna dapat terjadi akibat erosi pembuluh darah sekitar plague Peyeri yang mengalami nekrosis.



Penyakit Typoid masa tunasnya berlangsung 10-14 hari. Gejala klinis yang timbul sangat bervariasi, dari ringan sampai dengan berat, dari asitomatik hingga gambaran penyakit yang khas disertai komplikasi hingga kematian.



Pada minggu pertama, gejala klinis serupa dengan gejala penyakit infeksi akut pada umumnya, yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk, epistaksis. Demam meningkat perlahan-lahan, terutama pada sore hingga malam hari.



Minggu kedua, gejala menjadi lebih jelas, berupa demam, bradikardi relatif, lidah tifoid, hepatomegali, splenomegali, meteoroismus, gangguan mental berupa somnolen, stupor, koma, delirium, atau psikosis.



Ada beberapa pemeriksaan yang perlu dilakukan laboraturium
Darah rutin

- Dapat ditemukan anemia ringan dan trombositopenia

- Peningkatan laju endap darah

- SGOT dan SGPT meningkat
Test widal

Dilakukan untuk deteksi kuman S. typhi. Maksud uji widal adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita tersangka demam tifoid, yaitu:

- aglutinin O (dari tubuh kuman)

- aglutinin H (flagella kuman)

- aglutinin Vi (simpai kuman)



Dari ketiga aglutinin tersebut, hanya aglutinin O dan H yang digunakan untuk diagnosis. Semakin tinggi titernya, semakin besar kemungkinan terinfeksi kuman ini. Pembentukan aglutini dimulai pada akhir minggu pertama, kemudian meningkat secara cepat dan mencapai puncak pada minggu ke empat, dan tetap tinggi selama beberapa minggu. Pada fase akut, mula-mula timbul aglutinin O, kemudian diikuti dengan aglutinin H. Pada orang yang sudah sembuh, aglutinin O masih tetap dijumpai setelah 4-6 bulan, sedangkan aglutinin H menetap lebih lama antara 9-12 bulan. Oleh karena itu, uji widal bukan untuk menentukan kesembuhan penyakit.



Nilai cut of point untuk diagnosis tifoid yaitu Thypoid O > 1/160, dan parathypoid B-H > 1/320, akan tetapi hasil yang negatif tidak menyingkirkan demam thypoid, karena mungkin disebabkan oleh :

1. pengobatan dini dengan antibiotik

2. Gangguan pembentukan antibodi, dan pemberian kortikosteroid

3. Waktu pengambila sample

4. Daerah endemik dan non endemik

5. Riwayat vaksinasi

6. Reaksi anamnestik, yaitu peningkatan titer aglutinin pada infeksi bukan demam tifoid akibat infeksi demam tifoid masa lalu atau vaksinasi

7. Faktor teknik pemeriksaan antar laboratorium


Kultur darah

Hasil biakan darah yang positif dapat memastikan diagnosis dema tifoid, namun hasil yang negatif tidak menyingkirkan demam tifoid, karena mungkin disebabkan beberapa hal sebagai berikut:

Telah mendapat terapi antibiotik, yang dapat menyebabkan pertumbuhan kuman terhambat
Volume darah yang kurang (darah yang diperlukan 5 cc)
Riwayat vaksinasi, vaksinasi masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah sehingga dapat menekan bakteremia
Saat pengambilan darah setelah minggu pertama, pada saat aglutinin meningkat

Kalau sudah muncul komplikasi, kadang prognosisnya kurang bagus. Komplikasi yang serius diantaranya adalah:

Komplikasi intestinal atau komplikasi di daerah usus halus, yaitu:

1. Perdarahan usus, Kuman ini menyerang dinding usus halus, sehingga dapat membuat luka di dinding usus halus.

2. Akan terjadi perforasi (usus berlubang) bila makin lemah. Dalam kondisi seperti hal tersebut harus dilakukan operasi segera, untuk memotong usus yang berlubang itu.

Komplikasi ekstra intestinal atau komplikasi yang terjadi di luar usus halus, yaitu:

1. Peradangan pada otot jantung (myocarditis).

2. Peradangan paru-paru (Pneumonia).

3. Peradangan pada pankreas (pankreatitis).

4. Infeksi pada ginjal dan kandung kencing.

5. Gangguan kejiwaan, misalnya halusinasi (melihat sesuatu, yang sebenarnya tidak ada atau bahkan psikosis paranoid atau timbul gejala seperti ketakutan dan rasa curiga yabf tidak berdasar.

Terapi Dan Penatalaksanaan

Sampai saat ini masih dianut trilogi penatalaksanaan demam tifoid, yaitu:
Istirahat dan perawatan

Dengan tujuan mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan
diet dan terapi penunjang

diet merupakan hal yang cukup penting dalam proses penyembuhan demam tifoid, karena makanan yang kurang akan menurunkan keadaan umum dan gizi penderita akan semakin turun dan proses penyembuhan akan menjadi lama.

Beberapa penelitian menunjukkan pemberian makanan pada dini dengan aluk pauk rendah selulosa (menghindari sayuran yang berserat) dapat diberikan dengan aman.
Pemberian antimikroba

Obat-obat antimikroba yang sering digunakan pada pasien tifoid: Kloramfenikol, Tiamfenikol, Kotrimoksazol, Ampicilin dan amoksilin, Golongan fluorokuinolon

Tidak ada komentar:

Posting Komentar